Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris=“communication”),secara
etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan
perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki
makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki
tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Jadi, Komunikasi adalah suatu
proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak
lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada
adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena
itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi
manusia yaitu:
Human communication is the process through which individuals –in
relationships, group, organizations and societies—respond to and create
messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia
adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok,
organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi
dengan lingkungan satu sama lain.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut
sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para
peminat komunikasi seringkali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell
dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society.
Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi
ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa
komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan
itu,yaitu:
Komunikator (siapa yang mengatakan?)
Pesan (mengatakan apa?)
Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
Komunikan (kepada siapa?)
Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut,
secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode)
pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang
menimbulkan efek tertentu.
Onong
Uchjana Effendy
Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak
langsung (melalui media).
Analisis Pengertian Komunikasi Dan 5 (Lima)
Unsur Komunikasi Menurut Harold Lasswell Sat, 10/11/2007 – 6:54pm — Rejals
Analisis Definisi Komunikasi Menurut Harold Lasswell.
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses
yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa?
dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with
what effect?). (Lasswell 1960).
Raymond
Ross
Komunikasi adalah proses
menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu
pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang
dimaksudkan oleh komunikator.
Gerald
R. Miller
Komunikasi terjadi saat satu
sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk memengaruhi
perilaku mereka.
Everett
M. Rogers
Komunikasi adalah proses
suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan
maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Carl
I. Hovland
Komunikasi adalah suatu
proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan
menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.
New
Comb
Komunikasi adalah transmisi
informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif dari sumber kepada
penerima.
Bernard
Barelson & Garry A. Steiner
Komunikasi adalah proses
transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan
menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb.
Komunikasi adalah proses
dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan
bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus
rangsangan dan pembangkitan balasannya.
Definisi
komunikasi : Menurut Forsdale (1981) seorang ahli pendidikan terutama ilmu
komunikasi : Dia menerangkan dalam sebuah kalimat bahwa “communication is the
process by which a system is established, maintained and altered by means of
shared signals that operate according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses
dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa
sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan.
Analisis : Komunikasi adalah sebuah cara
yang digunakan sehari-hari dalam menyampaikan pesan/rangsangan(stimulus) yang
terbentuk melalui sebuah proses yang melibatkan dua orang atau lebih. Dimana
satu sama lain memiliki peran dalam membuat pesan, mengubah isi dan makna,
merespon pesan/rangsangan tersebut, serta memeliharanya di ruang publik. Dengan
tujuan sang “receiver” (komunikan) dapat menerima sinyal-sinyal atau pesan yang
dikirimkan oleh “source” (komunikator).
William
J. Seller
William J.Seller mengatakan bahwa komunikasi
adalah proses dimana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan
diberi arti.
PROSES
KOMUNIKASI
Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy
(1994:11-19) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam
proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal
(kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara
langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada
komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat
atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media ke dua
dalam menyampaikan komunikasike karena komunikan sebagai sasaran berada di
tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat
kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering digunakan
dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang
dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.)
dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).
FUNGSI
KOMUNIKASI
William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:
1. Sebagai komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial
setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep
diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain.
Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga,
kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, ..., negara secara keseluruhan)
untuk mencapai tujuan bersama.
2. Sebagai komunikasi ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan
perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama
dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu,
simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan
lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku
nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala
anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan
tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara
atau penguasa kampus dengan melakukan demontrasi.
3. Sebagai komunikasi ritual
Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara
berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog
sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun,
pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara itu orang
mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik.
Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci,
naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara
wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual.
Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan
kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara,
ideologi, atau agama mereka.
4. Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa
tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap,
menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.
Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita
gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk
menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika membuat kita peka terhadap
berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja
lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi
sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik
tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek
misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh
simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat
diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik
verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji, mengenakankan
pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang
lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat
diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding,
berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan
panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu
secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa
keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan,
penghormatan sosial, dan kekayaan.
Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat
beberapa pendapat dari para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi.[1]
Misal pendapat Onong Effendy (1994), ia berpendapat fungsi komunikasi adalah
menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Sedangkan Harold
D Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994:27) memaparkan fungsi
komunikasi sebagai berikut:
Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance
of the information) yakni penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi
nilai masyarakat.
Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan
dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya .
Menurunkan warisan sosial dari generasi ke
generasi berikutnya.
KEGUNAAN
BELAJAR ILMU KOMUNIKASI
Mengapa kita mempelajari ilmu
komunikasi ?Ruben&Steward, (2005:1-8) menyatakan bahwa :
1. Komunikasi adalah fundamental dalam kehidupan kita.
Dalam kehidupan kita sehari-hari komunikasi
memegang peranan yang sangat penting. Kita tidak bisa tidak berkomunikasi.tidak
ada aktifitas yang dilakukan tanpa komunikasi, dikarenakan kita dapat membuat
beberapa perbedaan yang esensial manakala kita berkomunikasi dengan orang
lain.Demikian pula sebaliknya, orang lain akan berkomunikasi dengan kita ,baik
dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Cara kita berhubungan satu dengan lainnya,
bagimana suatu hubungan kita bentuk, bagaimana cara kita memberikan kontribusi
sebagai anggota keluarga, kelompok, komunitas, organisasi dan masyarakat secara
luas membutuhkan suatu komunikasi.Sehingga menjadikan komunikasi tersebut
menjadi hal yang sangat fundamental dalam kehidupan kita.
2. Komunikasi adalah merupakan suatu aktifitas komplek.
Komunikasi adalah suatu aktifitas yang komplek
dan menantang. Dalam hal ini ternyata aktifitas komunikasi bukanlah suatu
aktifitas yang mudah. Untuk mencapai kompetensi komunikasi memerlukan
understanding dan suatu ketrampilan sehingga komunikasi yang kita lakukan
menjadi efektif. Ellen langer dalam Ruben&Stewat( 2005:3) menyebut konsep mindfulness akan terjadi ketika kita
memberikan perhatian pada situasi dan konteks, kita terbuka dengan informasi
baru dan kita menyadari bahwa ada banyak perspektif tidak hanya satu
persepektif di kehidupan manusia.
3. Komunikasi adalah vital untuk suatu kedudukan/posisi
yang efektif.
Karir dalam bisnis, pemerintah, atau pendidikan
memerlukan kemampuan dalam memahami situasi komunikasi, mengembangkan strategi
komunikasi efektif, memerlukan kerjasama antara satu dengan yang lain, dan
dapat menerima atas kehadiran ide-ide yang efektif melalui saluran saluran
komunikasi. Untuk mencapai kesuksesan dari suatu kedudukan/ posisi tertentu
dalam mencapai kompetensi komunikasi antara lain melalui kemampuan secara
personal dan sikap, kemampuan interpersonal, kemampuan dalam melakukan
komunikasi oral dan tulisan dan lain sebagainya.
4. Suatu pendidikan yang tinggi tidak menjamin
kompetensi komunikasi yang baik.
Kadang-kadang kita menganggap bahwa komunikasi
itu hanyalah suatu yang bersifat common sense dan setiap orang pasti mengetahui
bagaimana berkomunikasi. Padahal sesungguhnya banyak yang tidak memilki
ketrampilan berkomunikasi yang baik karena ternyata banyak pesan-pesan dalam
komunikasi manusia itu yang disampaikan tidak hanya dalam bentuk verbal tetapi
juga nonverbal, ada ketrampilan komunikasi dalam bentuk tulisan dan oral, ada
ketrampilan berkomunikasi secara interpersonal, ataupun secara kelompok
sehingga kita dapat berkolaborasi sebagai anggota dengan baik, dan lain-lain.
Kadang-kadang kita juga mengalami kegagalan dalam berkomunikasi. Banyak yang
berpendidikan tinggi tetapi tidak memilki ketrampilan berkomunikasi secara baik
dan memadai sehingga mengakibatkan kegagalan dalam berinteraksi dengan manusia
lainnya. Sehingga komunikasi itu perlu kita pelajari.
5. Komunikasi adalah populer.
Komunikasi adalah suatu bidang yang dikatakan
sebagai popular. Banyak bidang-bidang komunikasi modern sekarang ini yang
memfokuskan pada studi tentang pesan, ada juga tentang hubungan antara
komunikasi dengan bidang profesiponal lainnya termasuk hukum, bisnis,
informasi, pendidikan, ilmu computer, dan lain-lain. Sehingga sekarang ini komunikasi sebagai ilmu
social/perileku dan suatu seni yang diaplikasikan. Disiplin ini bersifat
multidisiplin, yang berkaitan dengan ilmu-ilmu lain seperti psikologi,
sosiologi, antroplogi, politik, dan lain sebagainya.
2. Komunikasi Efektif dalam
Pembelajaran
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat
aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi
tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi
tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun
komunikasi yang efektif, yaitu :
a. Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus
menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima
dan dipahami oleh komunikan.
b. Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan
bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.
c. Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi,
maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai
dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d. Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus
disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima
informasi cepat tanggap
e. Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan
informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam
berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi,
baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan
kesalahan persepsi. (Endang Lestari G : 2003)
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987)berkomunkasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan
sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering
disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus
dipenuhi beberapa syarat :
a. menciptakan suasana komunikasi yang
menguntungkan
b. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan
dimengerti
c. pesan yang disampaikan dapat menggugah
perhatian atau minat bagi pihak komunikan
d. pesan dapat menggugah kepentingan komunikan
yang dapat menguntungkan
e. pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan
bagi pihak komunikan.
Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi
dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat
diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif oleh
mahasiswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan
keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang dosen.
Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal
antara dua orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena
diantara keduabelah pihak terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi
antar pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi
menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi.
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi
antar pribadi merupakan suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis
antara pengajar dengan peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan
belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi
karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya
komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar.
Keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh
keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.
Sokolove dan Sadker seperti dikutip IGAK Wardani
dalam bukunya membagi keterampilan antar pribadi dalam pembelajaran menjadi
tiga kelompok, yaitu :
a. Kemampuan untuk
Mengungkapkan Perasaan Mahasiswa.
Kemampuan ini berkaitan dengan penciptaan iklim
yang positif dalam proses belajar mengajar, yang memungkinkan peserta didik mau
mengungkapkan perasaan atau masalah yang dihadapinya tanpa merasa dipaksa atau
dipojokkan. Iklim semacam ini dapat ditumbuhkan oleh dosen dengan dua cara,
yaitu menunjukkan sikap memperhatikan dan mendengarkan dengan aktif. Untuk
menumbuhkan iklim semacam ini, pendidik harus bersikap: 1) memberi dorongan
positif; 2) bertanya yang tidak memojokkan; dan 3) fleksibel.
b. Kemampuan
Menjelaskan Perasaan yang Diungkapkan Mahasiswa.
Apabila
mahasiswa telah bebas mengungkapkan problem yang dihadapinya, selanjutnya tugas
dosen adalah membantu mengklarifikasi ungkapan perasaan mereka tersebut. Untuk kepentingan ini, dosen perlu menguasai dua jenis
keterampilan, yaitu merefleksikan dan mengajukan pertanyaan inventori.
Pertanyaan inventori adalah pertanyaan yang menyebabkan orang melacak pikiran,
perasaan, dan perbuatannya sendiri, serta menilai kefektifan dari perbuatan
tersebut. Pertanyaan inventori dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu
pertanyaan yang menuntut mahasiswa untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya,
pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan,
pikiran, dan perbuatannya, dan pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk
mengidentifikasi konsekuensi/akibat dari perasaan, pikiran, dan perbuatannya.
Agar dapat merefleksikan ungkapan perasaan
peserta didik secara efektif, pengajar perlu mengingat hal-hal berikut :
1) Hindari
prasangka terhadap pembicara atau topik yang dibicarakan.
2) Perhatikan
dengan cermat semua pesan verbal maupun nonoverbal dari pembicara.
3) Lihat,
dengarkan, dan rekam dalam hati, kata-kata/perilaku khas yang diperlihatkan
pembicara.
4) Bedakan/simpulkan kata-kata/pesan yang
bersifat emosional.
5) Beri tanggapan dengan cara memparaphrase
kata-kata yang diucapkan, menggambarkan perilaku khusus yang diperlihatkan, dan
tanggapan mengenai kedua hal tersebut.
6) Jaga nada suara, jangan sampai berteriak,
menghakimi, atau seperti memusuhi.
7) Meminta klarifikasi terhadap pertanyaan atau
pernyataan yang disampaikan.
c. Mendorong Mahasiswa
untuk Memilih Perilaku Alternatif.
Untuk keperluan
ini, dosen harus memiliki kemampuan :
1)
Mencari/mengembangkan berbagai perilaku alternatif yang sesuai.
2) Melatih perilaku alternatif serta merasakan
apa yang dihayati mahasiswa dengan perilaku tersebut.
3) Menerima
balikan dari orang lain tentang keefektifan setiap perilaku alternatif.
4) Meramalkan
konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari setiap perilaku alternatif.
5) Memilih
perilaku alternatif yang paling sesuai dengan kebutuhan pribadi mahasiswa.
Wiranto
Arismunandar dalam pidato Apresiasi Guru Besar ITB (2003) mengatakan bahwa,
tantangan bagi dosen adalah bagaimana dapat menjelaskan materi kuliah dengan
baik, memberikan yang esensial dengan cara yang menarik, percaya diri, dan
membangkitkan motivasi para mahasiswanya. Komunikasi dan interaksi di dalam kelas dan
di luar kelas sangat menentukan efektivitas dan mutu pendidikan. Dosen yang
menjelaskan, mahasiswa yang bertanya; berbicara dan mendengarkan yang terjadi
silih berganti, semuanya itu merupakan bagian dari pendidikan yang penting
serta berlaku dalam kehidupan yang sejahtera. Bertanya pun harus jelas serta
menggunakan bahasa yang baik dan benar, supaya diperoleh jawaban yang baik dan
benar pula. Mereka yang pandai mendengarkan sangatlah beruntung karena dapat
belajar dan mendapatkan informasi lebih banyak. Mahasiswa hendaknya
didorong untuk bertanya tentang sesuatu yang belum jelas atau masih memerlukan
penjelasan lebih lanjut. Dengan demikian dosen dipacu untuk senantiasa
mengikuti perkembangan dan mahasiswa memahami semua materi yang dibahas. Dari
hal tersebut dapat dilihat bahwa mutu pendidikan sangat tergantung dari
partisipasi dan kontribusi dari semua yang terlibat. Hal tersebut sangat
menarik karena baik dosen maupun mahasiswa senang dan merasa perlu datang
kuliah. Secara tidak langsung dosen akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
serta dapat membaca pikiran atau gagasan mahasiswa (the unborn ideas) serta
membantu mahasiswa mengungkapkan pikiran dan gagasannya tersebut.
Komunikasi yang
efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan
pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah
antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon
sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi
yang efektif antara pengajar dengan mahasiswa, maka dapat dipastikan bahwa
pembelajaran tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para
pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau
pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi
yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih
dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi
dalam proses pembelajaran.
Implikasi
Manajerial
Pada bagian ini peneliti menyajikan berbagai
implikasi kebijakan yang dapat dihubungkan dengan temuan-temuan yang dihasilkan
dalam penelitian ini. Implikasi Manajerial memberikan kontribusi praksis bagi
manajemen.
D.
Kesimpulan
Pembelajaran sebagai subset dari proses
pendidikan harus mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas
pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu
pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi komunikasi yang
efektif, yang mampu memberikan kefahaman mendalam kepada peserta didik atas
pesan atau materi belajar.
Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan
proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik
kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik.
Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya
komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses
pembelajaran yang efektif
digilib.unimed.ac.id
academia.edu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar